BUNG ADIAN SUARAKANLAH TERUS SUARA RAKYAT
Posperanusantaranews”Jakarta Dia pengurus kuda yang baik”, kalimat penutup Adian ini langsung menimbulkan kegaduhan distudio Mata Najwa saat Najwa menanyakan hal positif seorang Prabowo.
Sontak audience tertawa mendengar jawaban spontan yang sesungguhnya baik namun kurang pas dalam kontestasi Pilpres 2014.
Andai Prabowo atlet berkuda yang disiapkan ke Olimpiade tentu pujian Adian menambah hormat dan respek kita. Sayangnya Prabowo bukan atlet olimpiade, namun capres yang notabenenya mengurus kuda dan manusia dua hal yang berbeda.
Kalimat Adian menjadi eufemisme yang menggelitik respon pendengar. Acara Mata Najwa itu menjadi perbincangan hangat dan melambungkan nama Adian sebagai anggota tim sukses yang berkelas dan berani.
Siapakah Adian Napitupulu?
Akhir tahun 2009, saya bertemu dengan Adian Napitupulu di acara Diskusi Publik yang digagas KNPI Batam dengan tema Tantangan Pemuda untuk Indonesia Yang Lebih Baik.
Panitia diskusi sejatinya hanya mengundang Mantan Menpora DR. Adhyaksa Dault sebagai pembicara tunggal.
Entah mengapa sosok Adian muncul disana. Seorang tokoh pemuda yang juga anggota DPRD KEPRI Golkar Rizky Faisal mendatangi saya.
Ia berbisik agar Adian Napitupulu bisa diikutkan menjadi narasumber. Saya menyambut baik.
Adian adalah sohib Rizki Faisal, sesama aktivis Forkot. Jauh sebelumnya, saat awal reformasi, nama Adian Napitupulu sudah moncreng dikalangan aktivis pemuda.
Adian adalah dedengkot FORKOT. Kelompok aktivis mahasiswa yang non kooperatif dengan rezim Soeharto.
Aksi Forkot saat awal-awal reformasi begitu berani, keras, dan tanpa tedeng aling aling.
Tidak ada kata mundur bagi Forkot. Beberapa teman Adian hilang ditelan bumi. Adian juga harus bergerilya bersembunyi menghindari kejaran intel yang saat itu menargetkan Adian cs untuk diamankan (diculik).
Tidak sulit bagi saya menjelaskan Adian kepada audience pemuda yang luar biasa ramainya.
Hampir 1000 pemuda hadir disana.Saya menjelaskan sosok Adian luar kepala yang memang kadung saya kagumi.
Seorang sosok pria kurus berpantat tepos bergigi tak beraturan dan berpakaian lusuh. Ia kerapkali memakai jaket kulit coklat belel, jeans hitam lusuh koyak didengkul padu kaca mata hitam lengket dikening. Klop dengan karakternya yang cuek, tidak peduli atau bahkan bisa disebut seorang pemberontak kemapanan.
Ada yang menarik dari diskusi tersebut yang masih segar dalam ingatan saya. Adian adalah antitesa Orde Baru.
Adian tanpa segan mengkritik keras organisasi KNPI yang dikatakannya organisasi bentukan rezim ORBA untuk membungkam pemuda kritis.
Tekanan suaranya berapi-api laksana orasi demonstran.
Mendengar kritikan Adian, saya tersenyum. Ketua KNPI Batam yang duduk didepan nampak mengernyitkan dahi. Sepertinya tidak nyaman dengan kalimat Adian yang menohok langsung kejantung.
Bagaimana mungkin dia bisa berbicara seperti itu diacara KNPI? hahahah…
Dasar Adian, dengan mimik serius datar Adian melanjutkan kalimatnya.
“Kalian jangan mengulangi kesalahan sejarah. Bisa tidak kalian pemuda Batam melakukan revolusi terhadap pemerintahan ini yang penuh topeng dan korupsi? Bisa tidak kalian menjadi pemuda sejati bukan menjadi pemuda pesolek yang berjas mahal berparfum wangi?”, ucap Adian dengan mimik serius.
Adhyaksa Dault tertawa lebar. Kumisnya menutup giginya. Dengan lantang Adian menutup kalimatnya.
“Jika kalian bisa dan sanggup, baru saya bisa sebut kalian pemuda berani”, tutup Adian.
Sebagai moderator, saya bisa memahami seorang Adian yang memang sejak dari orok selalu memberontak terhadap kondisi bangsa yang bobrok.
Namun tentu saja penyampaiannya yang berani, lugas, terbuka dan telanjang bisa mengagetkan banyak kalangan.
Menonton Mata Najwa di Pilpres 2019 , sesungguhnya saya melihat ada perubahan cara dan sikap Adian dalam berdebat.
Ia tampak lebih tenang, lebih datar, dan lebih fokus. Jauh berbeda dengan 2009 saat saya memandu acara diskusi publik pemuda.
Saya melihat kematangan Adian yang jika saya bandingkan tahun 2009 melesat jauh.
Bagi saya, Adian adalah penyegar bagi kehausan kita akan bahasa lugas. Kita sering mendengar bahasa umum yang kosong yang selalu diulang ulang politisi kita.
Itu sebabnya saat Adian berbicara jantung kita berdetak kencang.
Apalagi ya yang akan dikatakannya? Tidak heran kalau, Rocky Gerung, Fadli Zon, Arief Poyuono ketar ketir jika berdebat dengan Adian.
Adian adalah pengembara kebangsaan kita. Ia mengembara hingga kadang menyaksikannya tidur dengan tas ransel sebagai bantal beralaskan koran hal yang biasa baginya.
Dari kota ke kota dia bersembunyi menghindar aparat menciduknya. Di rumah Rizki Faisal dikawasan Tiban Batam Adian menginap.
Di sana pada 2009 itu, saya melihat Adian hanya diam dan asik dengan pikirannya. Baju yang dikenakannya masih sama, lusuh, gembel dan kumal.
Di rumah itu, Adian kulihat seperti pendaki gunung tunggal yang fokus menggapai puncak tidak peduli dilereng gunung di sekelilingnya penuh taman bunga semerbak mewangi. Ia tidak peduli dengan itu.
Baginya perjuangan belum usai. Belum saatnya memakai pewangi yang akan melenakan nafasnya dengan bau keringat rakyat.
Jangan sekali-kali anda membandingkan tampilan acak kadutnya dengan nyali dan isi kepalanya. Anda akan salah sangka. Itu sebabnya saya tidak terkejut mendengar Adian berbicara, karena saya sudah pernah berhadapan dengannya.
Beberapa hari belakangan ini Adian tetiba jadi bintang. Tulisan pedasnya soal kucuran dana talangan pemerintah bernilai trilyunan ke BUMN Garuda sontak bikin geger jagad perpolitikan tanah air.
Tidak tanggung2 tembakan Adian. Menteri BUMN Erick Tohir ditengarai punya hiden agenda dalam menyelamatkan Garuda dari kebangkrutan.
Kontan saja tulisan Adian menimbulkan pro dan kontra. Tetiba Adian dapat serangan dari buzzer. Tudingan macem2 diarahkan ke Adian. Adian super die hard Jokowi mendadak distempel kadrun. Kampret.
Saya tertawa geli membaca label kadrun ke Adian ini. Memang kalo suara sedikit kritis ke kebijakan Jokowi kontan buzzer2 bakal rame menghajar. Gak tanggung2.
Tapi saya percaya, Adian lelaki tangguh, kuat dan pantang menyerah.
Saya pernah mendengar Adian berkata satu2nya benteng pertahanan kita dari gonjang ganjing politik adalah nalar. Nalar.
Dan sekali lagi Adian masih bernalar jernih dan terukur dalam gonjang ganjing politik kekuasaan saat ini.
Bung Adian…Indonesia masih membutuhkan Bung…bersuaralah terus untuk Indonesia.
Salam perjuangan penuh cinta
Rft;Birgaldo Sinaga